Menurut bahasa tasamuh artinya toleransi atau
tenggang rasa. Menurut istilah, tasamuh adalah perilaku tidak memaksakan
kehendak dan kemauan diri sendiri kepada orang lain. Orang yang
bersifat tasamuh akan menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian,
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya
yang berbeda dengan pendiriannya.
Islam
merupakan agama yang memandang perbedaan sebagai sebuah rahmat.
Perbedaan yang dimaksud yaitu perbedaan yang bukan menjadi dasar Islam,
tetapi perbedaan dalam bidang pemikiran dan pendapat. Oleh karena itu,
kaum muslimin dituntut untuk lebih mengamalkan sifat tasamuhnya agar
kehidupan beragama menjadi lebih baik dan damai.
Dalam agama Islam toleransi antarumat beragama merupakan suatu keharusan. Toleransi atau tenggang rasa merupakan wujud pengamalan dalam hidup bermasyarakat yang diajarkan oleh agama Islam. Dalam kehidupan bermasyarakat harus saling menghormati dan menghargai semua perbedaan termasuk perbedaan dalam memeluk agama. Agama Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa orang lain, apalagi agar orang tersebut memeluk agama Islam, hal ini merupakan sesuatu yang sangat dilarang.
Firman Allah swt.:
”Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) ….” (Q.S. Al Baqarah [2]: 256)
Bukan hanya umat Islam saja yang harus mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi tetapi seluruh masyarakat Indonesia harus mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keberagaman dan di dalam keberagaman ini pasti banyak sekali hal-hal yang berbeda.
Apabila seluruh
masyarakat Indonesia telah menerapkan sikap tasamuh atau toleransi
kepada orang lain maka kehidupan yang aman, damai, dan bahagia akan
terwujud. Oleh sebab itu, tumbuhkanlah sifat toleransi dalam dirimu demi
terwujudnya kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Perlu
diingat bahwa toleransi atau tasamuh tidak dalam bidang ibadah, karena
hal ini sangat dilarang di dalam agama Islam. Pada masa Rasulullah saw.
orang-orang kafir Quraisy mengajak nabi untuk melakukan toleransi dalam
masalah ibadah. Orang-orang kafir Quraisy mengajak untuk saling
menyembah tuhan masing-masing, kemudian hal ini langsung ditolak dengan
tegas oleh nabi. Sebab di dalam agama Islam toleransi sangat dianjurkan
tetapi tidak dalam permasalahan ibadah.
Firman Allah swt.:
”Katakanlah (Muhammad), ”Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Q.S. Al Kafirun [109]: 1–6)
Sumber: wahyufokus
Firman Allah swt.:
”Katakanlah (Muhammad), ”Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (Q.S. Al Kafirun [109]: 1–6)
Sumber: wahyufokus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar